Rabu, 16 Februari 2011

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA PARASITOID PADA LAHAN KELAPA SAWIT ALUE BILIE KABUPATEN NAGAN RAYA


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
 UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2010
 

BAHAN SEMINAR PROPOSAL

Judul                           : KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA PARASITOID PADA LAHAN KELAPA SAWIT ALUE BILIE KABUPATEN NAGAN RAYA

Pemrasaran               : Arif/0705103010022

Pembimbing               :  1. Dr. Ir. Sapdi, M.Si

                                       2. Nur Pramayudi, SP.M.Si

Penguji                       :  1. Ir. M. Abduh Ulim, MP

                                       2. Ir. Masra Rahim

                                       3. Hartati Oktarina SP. M.Sc

Hari/tanggal/jam       : Senin/29 November 2010/ 11.30 wib

Tempat                       : Ruang Seminar


       BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hymenoptera adalah salah satu dari empat ordo serangga yang besar, selain coleopteran, diptera dan Lepidoptera. Hymenoptera memiliki 80 famili dan lebih dari 115.000 spesies yang telah dideskripsikan (Lasalle & Gauld 1993). Jumlah pasti spesies hymenoptera di daerah tropis belum ada yang melaporkan. Gaston (1991) memperkirakan jumlah spesies hymenoptera lebih besar di beberapa daerah  beriklim sedang, namun (Lasalle & Gauld 1993) memperkirakan keanekaragaman hymenoptera di daerah tropis sebesar di daerah berklim sedang.
Hymenoptera merupakan ordo serangga yang memiliki peran penting, baik di bidang ekonomi maupun lingkungan. Beberapa peran penting ordo hymenoptera antara lain sebagai agen pengendalian hayati hama pertanian atau kehutanan, penyerbuk tumbuhan berbunga, dan menghasilkan produk-produk komersial, seperti madu dan lilin. Peran penting hymenoptera di bidang lingkungan terutama dalam pengaturan populasi alami serangga-serangga fitofag (Lasalle & Gauld, 1993).
            Indonesia memiliki sekitar 10% hutan tropis dunia yang dipastikan memiliki keanekaragaman serangga yang tinggi.namun, jumlah spesies hymenoptera yang telah dideskrepsikan di Indonesia baru sekitar 1,2%  (1.380 spesies) dari total spesies hymenoptera yang telah dideskripsikan.  Stork (1991) melaporkan bahwa kekayaan spesies hymenoptera di hutan kalimantan di perkirakan jumlahnya lebih dari25% dari jumlah total spesies Arthropoda.
            Ordo hymenoptera memiliki peran yang sangat penting dalam konteks pengendalian hayati. Sebagian besar parasitoid adalah anggota dari ordo hymenoptera meskipun parasitoid juga banyak dari ordo diptera, dan sebagian kecil juga ditemukan pada ordo Stresiptera. Ordo hymenoptera memilki keanekaragaman yang sangat tinggi, dengan 20.000 – 25.000 spesies, sekitar 80%  spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera yang umumnya berlimpah pada ekosistem daratan (Lasalle & Gauld, 1993).
            Sebagaimana pada tanaman budidaya lainnya keberadaan parasitoid hymenoptera juga sangat diperlukan pada tanaman kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan kecendrungan permintaan pasar dunia terhadap produk-produk pertanian organik termasuk kelapa sawit.  Kondisi ini telah mendorong paras ahli perlindungan tanaman untuk lebih mengembangkan tehnik pengendalian hayati, termasuk pemanfaatan parasitoid, untuk menghidari pemakaian insektisida sintetik. Istilah parasitoid digunakan untuk menjelaskan serangga yang hidup sebagai larva pada jaringan arthropoda (biasanya serangga) yang kemudian mematikannya (Lasalle & Waage, 1994).
            Keanekaragaman serangga parasitoid seringkali  diabaikan dalam upaya pengenbangan kelapa sawit. Hal ini mengakibatkan informasi atau data tentang hal tersebut ssangat terbatas.  Untuk itu, diperlukan penelitian secara terencana dalam membangun suatu database sebagai dasar pengelolaan hama di masa yang akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diidentifikasi suatu permasalahan, yaitu seberapa besarkah keanekaragaman serangga hymenoptera parasitoid yang terdapat pada lahan kelapa sawit.

1.3 Tujuan Penelitian
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga hymenoptera parasitoid pada lahan kelapa sawit.


BAB II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan kelapa sawit Alue Bilie, Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Sortasi dan identifikasi parasitoid dilakukan di Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Syiah Kuala. Penelitian ini akan dilakukan pada Desember 2010 sampai dengan selesai.


2.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago serangga yang terperangkap, alkohol 79%, formalin 4%, deterjen, kertas label, kantong plastik, kain kasa, tali rafia, kuas kecil dan aquadest.
            Alat-alat yang digunakan antara lain perangkap nampan kuning (yellow pan trap), perangkap jebakan  (pitfall trap), perangkap cahaya (light trap), skop kecil, jerigen volume 51, timbah kecil, botol film, baskom, mikroskop, pinset, lup, buku identifikasi, dan alat tulis menulis.

2.3 Pelaksanaan Penelitian
2,3,1 Pengambilan Sampel Serangga
Pengambilan sampel serangga dilakukan dengan cara memasang perangkap di lapangan. Ada tiga perangkap yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu yellow pan trap, pilfall trap, dan light trap. Pemasangan perangkap dilakukan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan tersebut dibuat 4 buah plot berukuran 2 x 2 m dengan jarak antar plot 100 m. pada masing-masing plot ditempatkan 4 buah yellow pan trap dan 4 buah pitfall trap. Kedua perangkap tersebut diisi dengan campuran fofmalin 4% dan deterjen cair 4% hingga setengah bagian. Kedua perangkap ini dipasang selama 12 jam mulai dari pukul 06.00 – 18.00 WIB (siang hari). Light trap dipasang pada malam hari sebanyak 2 buah dengan cara digantung pada cabang kayu tanggok atau dengan ketinggian 3 m. Bagian bawah light trap dipasang baskom yang sudah diisi campuran formalin dan deterjen cair, masing-masing 4%. Perangkap ini dipasang selama 12 jam, mulai pukul 18.00 – 06.00 WIB (malam hari). Serangga yang tertangkap diambil kemudian dimasukkan ke dalam botol film dan diberi label sesuai dengan jenis  perangkap. Kemudian sampel serangga tersebut dibawa ke laboratorium untuk disortir dan diidentifikasi hingga morfospesies.

2.3.2 Sortasi dan Identifikasi Serangga
Sortasi dan identifikasi serangga sampel yang dikoleksi dari lapangan dilakukan di Laboratorium Hama Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unifesrsitas Syiah Kuala. Identifikasi serangga mengacu pada kunci identifikasi yang tersedia.

2.4 Peubah Yang Diamati
2.4.1 Total Serangga Hymenoptera Parasitoid
Total serangga hymenoptera parasitoid yang telah dikumpulkan pada lokasi pengambilan sampel.

2.4.2 Estimasi Jumlah Spesies Hymenoptera Parasitoid
Pendugaan atau estimasi kekayaan spesies serangga pada lahan kelapa sawit digunakan Jacknife estimator (Cowell, 2000).

2.4.3 Komposisi dan Struktur Komonitas Hymenoptera Parasitoid
Komposisi dan struktur komonitas hymenoptera parasitoid didasarkan pada kekayaan spesiesnya menurut famili pada habitat lahan kelapa sawit.

2.4.4 Kekayaan, Keanekaragaman, dan Kerataan Spesies Hymenoptera Parasitoid
            Menggambarkan keanekaragaman morfospesies serangga digunakan kekayaan spesies, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan Shannon - Wienner (Maguran 1989; Krebs 1999). Formulasi yang digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman Shannon – Wienner adalah:
           
Dimana: Indeks Keanekaragaman
              = Proporsi Spesies Ke-i terhadap Total Tumlah Spesies
Sementara itu, formulasi yang digunakan untuk menghitung indeks kemerataan Shannon – Wienner adalah:
           
Dimana: E = Sebaran Indeks Shannon
             = Indeks Keanekaragaman
            S = Total Jumlah Spesies yang Diperoleh.



2.5 Analisis Data
            Pendugaan kakayaan spesies serangga pada lahan kelapa sawit digunakan Jacknife estimator (Colwell, 2000). Untuk membuat kurva akumulasi spesies, jumlah morfospesies yang diperoleh pada setiap petak sampel diacak sebanyak 50 kali dengan program Estimate S6.0b1 (Colwell, 2000). Indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan dihitun secara manual menggunakan program Exel.

DAFTAR PUSTAKA



Gaston, K.J. 1991.  The Magnitude of Global Insects Species Richness. Conservation Biology 5:283-296.

Krebs, C.J. 1999. Ecological Metodology. Secorid Edition. Addison-Wesley. Menlo park.

Lasalle & Gauld. 1993. Hymenoptera: their diversity, and their impact on the diversity of other organism. Di dalam Lasalle & Gauld (ED). Hymenoptera dan Biodiversity. CAB Internasional Oxon.

Maguran, A.E. 1989. Calogocal Deversity and Its Measurement. Princetos University Press. New Jersey.z
Stork, N.E. 1991. The composition of the arthropod fauna of bornean lawlandrain forest tree. Jaunal of tropical ecology 7: 161 – 180.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar