Rabu, 16 Februari 2011

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS GULMA AKIBAT PEMBERIAN CAMPURAN HERBISIDA ATRAZINE DAN MESOTRIONE PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2011
 

BAHAN SEMINAR PROPOSAL

Judul                 :       PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS GULMA AKIBAT PEMBERIAN CAMPURAN HERBISIDA ATRAZINE DAN MESOTRIONE PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
Pembimbing   :           1. Prof. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S
                                    2. Dr. Siti Hafsah, MP. M.Si

Penguji           :           1.  Ir. Gina Erida, M.Si
                                    2.  Ir. Hasnah, M.Si
                                    3.  Dr. Ir. Marlina M.Si

Pemrasaran   : KAMIRI / 0705103010012
Hari / tanggal : ................................
pukul              :................................
           
  





1.      PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang
Masalah gulma dipertanaman jagung masih merupakan kendala yang besar dalam kaitannya dengan kehilangan hasil tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukan, bahwa apabila gulma tumbuh pada pertanaman  selama masa pertumbuhannya, maka hasil tanaman akan menurun hingga 45 % (Warisno, 1998). Penurunan hasil tersebut diakibatkan karena gulma bersaing dengan tanaman  dalam hal unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh (Zimdahl, 1993).
Tanaman sangat peka terhadap persaingan dengan gulma pada priode pertumbuhan sampai berumur kira-kira 1 bulan (Yernelis, 2002). Pada tanaman jagung,  pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara penggunaan herbisida. Pada daerah-daerah yang sedikit tenaga kerja dan mahal, pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida merupakan metode yang dianjurkan. Penggunaan herbisida yang tidak tepat dan kurang bijaksana, akan mengakibatkan kerusakan dan terjadinya resistensi gulma itu sendiri. Saat ini telah diketahui 48 spesies gulma resisten terhadap herbisida antara lain atrazin, 2,4-D, dalapan, paraquat, dan trifloralin. Penggunaan  herbisida yang berspektrum luas juga dapat merusak lingkungan untuk mengatasi hal ini, salah satu langkah dalam mencegah terjadinya resistensi gulma ialah mencampurkan bahan aktif atau kelas kimianya, sehingga efektif menekan populasi gulma (Panut, 2008).
 Campuran herbisida atrazine dan mesotrione yang efektif mengendalikan gulma berdaun lebar dan rumput yang dapat diaplikasikan sebelum dan sesudah tumbuh gulma pada tanaman jagung (Anonynomous, 2007).
Dalam penggunaan herbisida, salah satu faktor penentu  keberhasilan pengendalian gulma adalah dosis herbisida. Ketepatan dalam penggunaan dosis herbisida memungkinkan tercapainya keselektifitasan herbisida (Yernelis, 2002).
       Dikatakan oleh Basuki et al. (1986) bahwa penggunaan herbisida pada areal pertanaman, sering menyebabkan terjadinya perubahan spesies gulma yang dominan. Dijelaskan oleh Radosevich dan Holt (1984), bahwa perubahan komposisi gulma akibat penggunaan herbisida lebih nampak secara nyata bila dibandingkan dengan metode pengendalian gulma lainnya. Ditambahkan oleh Mercado (1979) bahwa faktor utama yang mempengaruhi perubahan komposisi gulma adalah metode pengendalian gulma, perubahan pengelolaan air, pemupukan, perubahan dalam tanaman pokok, varietas dan sistem pertanaman.  Penggunaan herbisida yang kurang tepat dalam pengendalian gulma adalah timbulnya suatu jenis  gulma yang resisten dan lebih sulit dikendalikan dari gulma sebelumnya.
Campuran herbisida atrazine dan mesotrione ini dapat menekan kerugian akibat persaingan gulma pada areal pertanaman jagung. Hasil penelitian menunjukan, kombinasi dari campuran herbisida ini menghasilkan daya kendali yang mapan dan cepat (Anynomous, 2007).
Atas dasar pemikiran di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang  perubahan komposisi jenis gulma di pertanaman jagung akibat pemberian campuran herbisida  atrazine dan mesotrione.



1.2  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan komposisi jenis gulma akibat pengaruh pemberian campuran herbisida atrazine dan mesotrione pada beberapa taraf dosis di pertanaman jagung.
1.3. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah merupakan suatu masukan untuk petani yang mengusahakan tanaman jagung dalam rangka mendapat suatu herbisida yang selektif dan mendapatkan perubahan komposisi jenis gulma yang tidak terlalu sulit untuk dikendalikan dari gulma-gulma sebelumnya.
1.4 Hipotesis
Adanya perubahan komposisi jenis gulma akibat pengaruh pemberian campuran  herbisida atrazine dan mesotrione.

11. METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan  di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh,  pada bulan Januari 2011 sampai dengan selesai.
2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah campuran herbisida  atrazine dan mesotrione, insektisida, fungisida, benih jagung varietas Arjuna, pupuk Urea, KCl, SP 36. Alat alat yang digunakan adalah timbangan, cangkul, meteran, gelas ukur, ember, parang.
2.3 Rancangan Penelitian
Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 taraf dosis herbisida campuran atrazine dan mesotrione yang diulang sebanyak 4 kali. Analisis data digunakan sidik peubah tunggal yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata pada taraf 0,05 dengan menggunakan program statistik SPSS.
Adapun 5 taraf dosis herbisida atrazine dan mesotrione  adalah:
D1  =   0 kg bahan produk  ha-1
D2  =   0,8 kg bahan produk ha-1
D3  =   1,2 kg bahan produk ha-1
D4  =   1,6 kg bahan produk ha-1
D5  =   1,8 kg bahan produk ha-1

2.4 Pelaksanaan penelitian
    2.4.1 pengolahan tanah
Sebelum tanah diolah, akan dilakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat. Selanjutnya tanah diolah dan dibuat plot sebanyak 20 plot, masing-masing plot berukuran 2 x 2 m, jarak antara plot 50 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah  75 x 25 cm.



   2.4.2 Penanaman
Benih jagung ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal sedalam 3 cm, setiap lubang diisi 2 benih jagung. Setelah benih dimasukan lubang ditutup kembali dengan tanah.
     2.4.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari, apabila turun hujan penyiraman tidak dilakukan. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST dan penjarangan dilakukan pada saat tanaman 2-3 MST. Untuk mencegah hama perusak benih yang telah ditanam, maka dilakukan peneburan curater pada lubang tanam. Serangan hama dengan penyemprotan dengan Dursban 20 EC. Pupuk yang diberikan adalah Urea 100 kg ha-1, TSP 80 kg ha-1, dan KCl 50 kg ha-1. Pemupukan Urea dilakukan 2 kali  1/3 bagian pada saat tanam diberikan  sekaligus dengan pupuk TSP dan KCL dan 2/3 bagian pada saat tanaman berumur 21 HST. 
2.4.4 Aplikasi herbisida
Aplikasi campuran herbisida atrazine dan mesotrione dilakukan pada umur tanaman 10 HST. 
2.5   Peubah yang diamati
   2.5.1 Bobot kering gulma
Peubah ini diamati pada 21 dan 42 hari setelah tanam (HST) tanaman jagung. Bobot kering gulma ini diambil pada masing-masing perlakuan dengan  luas petakan contoh 0,5 x 0,5 m. Kemudian gulma dikeringkan dalam oven pada suhu  105oC selama 48 jam, lalu ditimbang bobotnya.
  2.5.2 Komposisi jenis gulma
Pengamatan dilakukan 21 dan 42 hari setelah tanam (HST).  
2.5.3     Jumlah individu gulma
 Peubah ini dilakukan dengan cara menghitung berapa individu yang dijumpai pada setiap perlakuan. Dan diamati 21 dan 42 hari setelah tanam (HST).
2.5.4        Persentase penutupan gulma
Peubah ini diamati dengan mengestimasiluas penutupan gulma secara visual dari petak contoh sebesar 50 cm x 50 cm. Pengamatan ini dilakukan pada 21 dan 42 HST.
2.5.5        Nisbah jumlah dominasi
Peubah ini hanya menghitung frekuensi relatif dan kerapatan relatif yang selanjutnya dimasukan ke dalam nilai penting. Dari nilai penting ini kita akan mendapatkan nisbah jumlah dominasi dalam bentuk persen. Analisis vegetasi dilakukan sebelum perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan Nilai Jumlah Dominasi pada 21 dan 42 hari setelah tanam (HST). Untuk persamaan frekuensi relatif dapat dihitung dengan rumus :
 X 100%

Sedangkan untuk menghitung kerapatan relatif menggunakan persamaan :
 X 100%

Untuk mencari nilai jumlah dominasi menggunakan persamaan :
Dimana :
NJD = Nilai Jumlah Dominasi
FR   = Frekuensi Relatif
KR  = Kerapatan Relatif

2.5.6     Koefisien komunitas

Untuk mendapatkan tingkat homogenitas dari setiap perlakuan yang akan dibandingkan, maka perlu menghitung koefisien komunitas. Nilai koefisien komunitas berasal dari jumlah dominasi. Waktu pengamatan koefisien komunitas pada 21 dan 42 hari setelah tanam (HST).
 X 100 %
Dimana :
 W  =  Jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing komunitas
    a  = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komuditas pertama
    b  = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komuditas kedua
DAFTAR PUSTAKA
Anynomous.2007.http://hariansib.Calaris.com/?p=17606      (diakses tanggal 15 Agustus 2010)
Basuki, Y. Wiroadmodjo, S.S. Satroutomo, dan Sudarsono. 1986. Dinamika populasi gulma akibat pengendalian gulma di pertanaman stevia. Hal. 95-102. Dalam: O.R. Madkar,  A. Soedarsan dan  S.S.Sastroutomo. Prodising Konferensi  VIII  Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bandung, 24-26 Maret 1986.
Mercado, B.L. 1979. Introduction to weed science.  SEARCA. Los Banos, Laguna, Phillippines.
Panut D. 2008. Pestisida dan aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Radosevichh, S.R., and J.S. Holt, 1984. Weed ecology: Implication for vegetation management. John Wiley and Sons. New York.
Warisno. 1998. Jagung hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Yernelis, S. 2002. Gulma dan teknik pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Zimdahl, R. 1993. Weed crop competition. A Review. IPPC. Oregon.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar