Rabu, 16 Februari 2011

KOMPARASI KEANEKARAGAMAN SERANGGA HERBIVORA ANTARA LAHAN KELAPA SAWIT DAN AREAL KONSERVASI DI ALUE BILIE KABUPATEN NAGAN RAYA


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2010

BAHAN SEMINAR PROPOSAL
Judul
:
KOMPARASI KEANEKARAGAMAN SERANGGA HERBIVORA ANTARA LAHAN KELAPA SAWIT DAN AREAL KONSERVASI DI ALUE BILIE KABUPATEN NAGAN RAYA

Pemrasaran
:
Zahrial Fajri / 0705103010012

Pembimbing
:
1.      Dr. Ir. Sapdi, M.Si
2.      Ir. M. Abduh Ulim, M.P.

Penguji
:
1.      Dr. Ir. Husni, M.Agric.Sc
2.      Prof. Dr. Ir. Lukman Hakim, M.S.
3.      Ir. Gina Erida, M.Si

Hari/Tgl/Jam
:
Senin / 29-11-2010 / 10.20-11.30 WIB

Tempat
:
Ruang Seminar FP. Unsyiah

 

I.  PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah diketahui sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga yang sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan (Siswanto & Wiratno, 2001).
Tingginya keanekaragaman serangga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk pertanian yang dihasilkan. Kestabilan populasi hama dan musuh alaminya umumnya terjadi pada ekosistem alami sehingga keberadaan serangga hama pada pertanaman tidak lagi merugikan. Kenyataan tersebut perlu dikembangkan sehingga mampu menekan penggunaan pestisida untuk menekan serangga hama di lapangan, terutama pada tanaman-tanaman yang beroriaentasi ekspor dan mempunyai nilai ekonomi tinggi (Siswanto & Wiratno, 2001).
Keanekaragaman hayati telah menjadi perhatian utama para ahli ekologi dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian mengenai keanekaragaman hayati telah banyak dilakukan terutama pada serangga. Hal ini disebapkan karena serangga merupakan komponen keanekaragaman hayati yang paling besar jumlahnya, mempunyai fungsi ekologi yang penting dan dapat menjadi indikator rusaknya lingkungan (Scowalter,2000).
Informasi tentang keanekaragaman hayati pada areal perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan komoditas tersebut secara organik untuk terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan dan berbasis pada kelestarian ekosistem. Organisme yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman kelapa sawit adalah serangga herbivora.
Keanekaragaman serangga herbivora baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun kekayaannya juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri. Penurunan keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan ”efek domino” terhadap keanekaragaman musuh alami serangga-serangga herbivora tersebut. Kemungkinan ini cukup beralasan karena serangga herbivora mendukung hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid (Bernays, 1998).
Alasan lainnya adalah sebagian besar spesies serangga herbivora berifat monofag. Dari hasil inventori yang dilakukan terhadap 5000 spesies serangga herbivora di Inggris diketahui bahwa 80% diantaranya bersifat monofag dan kurang dari 10% memakan tanaman lebih dari 3 famili (Schoonhoven et all., 1998). Selain itu setiap spesies serangga membutuhkan mikrohabitat yang unik atau spesifik. Semakin sedikit spesies tumbuhan yang dijumpai pada suatu areal, semakin sedikit variasi mikrohabitat yang tersedia dan semakin sedikit pula spesies serangga yang mampu didukungnya. Upaya yang serius untuk menunjang ketersediaan mikrohabitat tersebut perlu dilakukan.
Keanekaragaman hayati pada lahan kelapa sawit akhir-akhir ini mulai mendapat perhatian dari para pemerhati kelestarian ekosistem. Salah satu program yang telah dilakukan untuk melestarikan dan menjaga keseimbangan dan keanekaragaman hayati, termasuk serangga herbivora, adalah dengan membentuk areal konservasi di antara lahan perkebunan kelapa sawit. Namun demikian, sejauh ini belum ada laporan tentang sejauhmana keanekaragaman serangga herbivora pada areal konservasi tersebut dibandingkan dengan lahan kelapa sawit. Berkaitan dengan hal itu diperlukan suatu penelitian secara terencana untuk membangun suatu database bagi keperluan pengelolaan hama kelapa sawit dimasa mendatang.

1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimana keanekaragaman serangga herbivora yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan yang ada dalam areal konservasi.


1.3  Tujuan penelitian
Untuk mengetahui perbandingan keanekaragaman serangga herbivora antara lahan kelapa sawit dan areal konservasi.

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit  Alue Bilie, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya dan Laboratorium Hama Tumbuhan. Waktu penelitian akan dimulai dari bulan Desember 2010 sampai dengan selesai.           

2.2 Bahan dan Alat penelitian         
            Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah  Imago yang terdapat di lapangan kelapa sawit , alkohol 70%, formalin 4%, deterjen, aquadest, tali rafia, kertas lebel, kantong plastik, dan kain kasa.
Alat yang digunakan antara lain perangkap nampan kuning (yellow-pan trap), perangkap jebakan (pitfall trap), perangkap cahaya (ligh trap), skop kecil, jerigen 5 liter, timba kecil, botol film, kuas kecil, baskom, mikroskop, pinset, lup, buku identifikasi dan alat tulis-menulis.

2.3 Pelaksanaan Penelitian

2.3.1 Pengambilan Sampel Serangga
            Pengambilan Sampel Serangga dilakukan dengan cara memasang perangkap di lapangan. Ada tiga perangkap yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu pitfall trap, yellow-pan trap dan ligh trap. Pemasangan perangkap dilakukan pada lahan kebun kelapa sawit dan areal konservasi Plot berukuran ± 2 x 2 m masing-masing sebanyak 4 buah dengan jarak antar plot ± 100 m, kemudian pada masing-masing plot ditempatkan 4 buah pitfall trap dan 4 buah yellow-pan trap. Kedua perangkap tersebut di isi dengan campuran formalin 4% dan deterjen cair 4% hingga setengah bagian. Kedua perangkap ini dipasang selama 12 jam mulai dari pukul 06.00 wib hingga 18.00 wib. Ligh trap di pasang pada malam hari sebanyak 2 buah dengan cara di gantung pada cabang kayu atau tonggak dengan ketinggian ± 3 m. Sebagai penjebak serangga, di bagian bawah ligh trap dipasang baskom yang yang berisi campuran formalin 4% hingga setengah bagian. Serangga yang tertangkap dimasukan kedalam tabung film dan diberi label sesuai dengan jenis perangkap masing-masing dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk disortir dan diidentifikasi hingga tingkat morfospesies.

2.3.2 Sortasi dan Identifikasi Serangga
            Sortasi dan identifikasi serangga sampel yang dikoleksi dari lapangan dilakukan di Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas pertanian Unsyiah. Identifikasi serangga mengacu pada buku identifikasi yang tersedia.

2.4 Peubah yang Diamati

2.4.1 Total Serangga Herbivora
            Total Serangga Herbivora merupakan jumlah keseluruhan serangga herbivora yang telah dikumpulkan pada lokasi pengambilan sampel.


2.4.2 Estimasi Jumlah Spesies Serangga Herbivora
Pendugaaan atau entimasi kekayaan spesies serangga herbivora pada masing-masing tipe lahan digunakan Jacknife Estimator (Colwell, 2000).

2.4.3 Komposisi Komunitas Serangga Herbivora
            Komposisi dan struktur komunitas serangga herbivora didasarkan pada kekayaan spesiesnya menurut ordo.

2.4.4    Kekayaan, Keanekaragaman, dan Kemerataan Spesies Serangga Herbivora
            Untuk menggambarkan keanekaragaman morfospesies serangga digunakan kekayaan spesies, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan Shannon-Wienner (Manguran, 1988; Krebs, 1999). Formulasi yang digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wienner adalah:
Dimana:        H’ =       Indeks Keanekaragaman
         Pi  =        Proporsi Spesies ke-i terhadap total jumlah                 
                        Spesies
Sementara itu, formulasi yang digunakan untuk menghitung indeks kemerataan Shannon- Wienner adalah:
   Dimana:        E  = Indeks Kemerataan
                        H’= Indeks Keanekaragaman
                        S  = total Jumlah Spesies

2.5 Analisis Data
            Pendugaan kekayaan spesies serangga herbivora pada lahan kelapa sawit dan areal konservasi digunakan Jackknife Estimator (Colwell, 2000). Untuk membuat Kurva akumulasi spesies, jumlah morfospesies, dibuat dengan mengacak jumlah yang diperoleh pada setiap petak sampel sebanyak 50 kali dengan program EstimateS 6.0b1 (Colwell, 2000). Indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan dihitung menggunakan program Primer 5. Signifikansi perbedaan kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan spesies serangga herbivora antara lahan kelapa sawit dan areal konservasi dianalisis dengan uji- T pada selang kepercayaan 95%.
DAFTAR PUSTAKA



Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivoras: Successeen as different ways to eatwithout being eaten. Bioscience 48(1): 35-44.

Colwell, R.K. 2000. EstimateS: statistical estimate of species richness and shared species from sample. Version 6.0b1 [serial online]. http://www.vicerov,eeb.ucoon.edu/estimates.

Krebs, C.J. 1999. Ecological Metodology. Second Edition. New York: An imprint of Addison Wesley Longman, Inc.

Magurran, A.E. 1996. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Chapman and Hall.

Schoonhoven, L.M., T. Jermy, J.J.A. Van., Loon. 1998. Insect-plant Biology: From Physiology to Evolution. London: Chapman & Hall.

Schowalter, T.D. 2000. Insect ecology: An Ecosystem Approach. San Diego: Academic Press.

Siswanto & Wiratno. 2000. Biodervisitas serangga pada tanaman panili (Vlanillaplanipolia) dengan tanaman penutup tanah Arachis pintoi K. (Proseding Seminar Nasional III). Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bogor.

Sosromartono, S. & K. Untung. 2000. Keanekaragaman Hayati Arthropoda Predator dan Parasitoid din Indonesia serta Pemanfaatannya. Proseding Simposium Keanekaragaman Hayati Arthropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Cipayung. 16-18 Oktober 2000. Hal.33-46.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar